
Bosaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan banget, akhir akhir ini hidup ini hanya berisi tentang LM,AP,CT. Mulai dari televisi sampai ujungnya.com, mulai dari orang tua sampai anak kecil(mengaku ngaku sudah nonton). Bahkan Tante saya, yang masuk ruang operasi untuk melahirkan anak keempat mengatakan dokter di ruang operasi bekerja sambil obrolin "itu".
Mmm sebenarnya ga ada yang aneh sih, saat kita obrolin issue, apalagi issue hal-hal yang buruk dari orang(Siapa sih yg ga suka). Hanya saja anehnya, Tiba-tiba munculah pakar Moral. Mulai pakar dari moral yang paling tau bagaiman akhlak yang baik, Bagaimana menjadi publicfigure yang oke, cekal-mencekal(lu pikir ini imigrasi), Sampai Lembaga yang dengan tegas menyuruh mundur dari kerjaan. Belum lagi komentar dan kicauan-kicauan yang isinya hujan hujatan. Padahal nih, kita ikut nonton, kita ikut nyebarin, kita ikut menyimpan, kita memutar channel tentang berita itu depan anak-anak, kita juga ikut mem-blowup masalah ini, dan anehnya kita sama sekali tidak merasa bersalah(ck ck ck itulah hebatnya kita, termaksud saya).
Okelah kalo ada yg bilang klo ini adalah konskwensi dari perbuatan mereka, tapi C'mon kita tidak perlu menghujat kesalahan orang, sepertinya kita ini lebih baik dari mereka. Tidak perlu cekal-mencekal, tidak perlu menyuruh seseorang mundur dari kerjaannya, karena itu urusan mereka mau kemana saja, dan urusan mereka juga mau kerja atau tidak. Toh, ada namanya sanksi sosial, dan rasa-rasanya mereka akan malu kemana-mana saat-saat ini(Kalopun itu mereka yaaa), dan akibat dari sanksi sosial biasanya sesorang itu terkucilkan, Jika itu mereka.
Saya sudah bisa membayangkan bagaimana susahnya hidup mereka sekarang sampai anak cucu nanti, seperti ada tulisan di jidat mereka tertuliskan "......", sejarah tidak akan terlupakan(apalagi kaya ginian).
Di sisi lain sedih rasanya, karena issue utama negara kita teredam: TDL akan naik, Danaaspirasi, MakassarTidakKasar, Sampai menikahnya Choki Sitohang pun tidak menjadi Issue utama yang harusnya mengisi ruang diskusi kita. Kita kehabisan energi, karena sibuk menghujat dan menertawai orang seakan-akan kita lebih baik dari orang yang kita hujat. Kita sangking seruya menghujat dan mengngatasnama-kan anak-anak kita sebagai korban, tapi kita tidak juga melarang anak-anak kita menoton berita atau info tentang "hal" itu, padahal apa yang menimbulkan penasaran anak-anak kita sampai ke warnet untuk nonton itu?.
Kita sibuk menghujat sampai-sampai kita lupa bahwa yang korban adalah anak-anak kita. Kita sibuk memikirkan siapa yang salah, siapa yang pantas dihukum, bagaimana caranya menghukum se hukum-hukumnya. Tapi Bagaimana impact-nya dengan anak-anak kita? dan bagaimana anak-anak mereka?
Huuuuuf.. mari kita melihat masalah ini secara bijak(Terutama Infotaiment+bumbunya), ini sudah masuk ke ranah hukum biar bapak berseragam yang memproses. Mari kita melanjutkan hidup, melanjutkan pembangun bangsa mulai dari hal kecil yaitu diri kita sendiri.
PS: - Silahkan menghujat, kalau memang kita merasa sudah lebih baik dari mereka..
maaf key..
BalasHapushari ini saya tak punya hajat tuk segala macam hujat.